Standar Kualitas Benur Vannamei
| |||
Kriteria
|
Standar
|
Tidak Standar
| |
1.
|
Panjang (mm)
|
> 8
|
< 8
|
2.
|
SR Formalin Test (%)
|
>95
|
<95
|
3.
|
SR Salinitas Test (%)
|
>95
|
<95
|
4.
|
Warna Tubuh
|
Coklat/gelap
|
Putih kekuningan/pucat
|
5.
|
Kebersihan tubuh
|
Bersih
|
Kusam
|
6.
|
Necrosis
|
Negatif
|
Positif
|
7.
|
Protozoa
|
Negatif
|
Positif
|
8.
|
Mata
|
Mengkilat
|
Kusam
|
9.
|
Ekor
|
Mengembang
|
Kuncup
|
10.
|
Perbandingan otot ekor dan usus
|
>50%
|
<50%
|
11.
|
Hepatopancreas
|
Penuh dan gelap
|
Mengkerut dan terang
|
12.
|
Posisi diam
|
Horisontal
|
Vertikal
|
13.
|
Rangsang gerak
|
Aktif
|
Pasif
|
14.
|
Arah renang
|
Menentang arus
|
Terbawa arus
|
15.
|
Rangsang pakan
|
Aktif
|
Pasif
|
16.
|
Ukuran pada umur yang sama
|
Seragam
|
Bervariasi
|
17.
|
Anggota tubuh
|
Lengkap
|
Tidak lengkap/rusak
|
18.
|
Proporsi ukuran tubuh
|
Standar
|
Tidak standar
|
19.
|
dengan umur udang
| ||
20.
|
Kulit/khitin
|
Tidak ada bercak
|
Terdapat bercak
|
21.
|
Komunitas
|
Menyebar
|
Mengumpul
|
saponin
Kadar saponin dalam tiap bungkil biji teh tidak sama, tetapi biasanya dengan 20~25kg bungkil biji teh per 02 Ha tambak sudah cukup efektif
mematikan ikan liar/buas tanpa mematikan udang yang dipelihara.
Daya racun saponin terhadap ikan 50 kali lebih besar daripada terhadap udang.
Daya racun saponin akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari di dalam air. Setelah diracun dengan bungkil biji teh, air tambak tidak perlu dibuang,
sebab residu bungkil itu dapat menambah kesuburan tambaknya.
Daya racun saponin berkurang apabila digunakan pada air dengan kadar garam rendah.
Tambak dengan kedalaman 1 meter dan kadar garam air tambak > 15 permil, bungkil biji teh yang digunakan cukup 120 kg/Ha saja, (25kg /0.2ha).
sedangkan kalau lebih rendah harus 200 kg/Ha (40kg /0.2ha).
Untuk penghematan air tambak dapat diturunkan sampai 1/3-nya, sehingga bungkil yang diberikan hanya 1/3 yang seharusnya.
Setelah 6 jam air tambak dinaikkan lagi, sehingga kadar saponin menjadi lebih encer.
Penggunaan bungkil ini akan lebih efektif pada siang hari, pukul 12.00 atau 13.00. Sebelum digunakan bungkil ditumbuk dulu menjadi tepung,
Kemudian direndam dalam air selama beberapa jam (±2jam direndam di depan kincir, jangan mengapung sak bungkil saponinnya.)atau semalam. Setelah itu air tersebut dipercik-percikan ke seluruh tambak. Sementara menabur bungkil, kincir dalam tambak diputar agar saponin teraduk merata.
Virus
Udang berenang, muncul ke permukaan air di tepi tanggul waktu sore hari menjelang magrib.
Gejala
Padat tebar tinggi (populasi ok), siang hari matahari sangat terik. kincir lambat menghidupkan.
Pengendalian:
Usahakan esok hari start kincir di mulai lebih awal dari jam/waktu biasanya.
Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus
(IHHNV)
Gejala
udang berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan,
muncul ke permukaan dan mengambang dengan perut di atas;
bila alat geraknya (pleopod dan Periopod) berhenti bergerak, udang akan tenggelam di bawah kolam
udang akan mati dalam waktu 4-12 jam sejak mulai timbulnya gejala tersebut.
Udang penderita banyak yang mati pada saat moulting
pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan dan tubuhnya berwarna putih keruh
permukaan tubuhnya akan ditumbuhi oleh diatomae, bakteri atau parasit jamur
pada kulit luar terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf, antena,
dan pada mukosa usus depan dan tengah.
Pengendalian:
perbaikan kualitas air, oplos air, sipon, buang kotoran plankton yg mati.
Terlihat di pojok sudut pematang tambak.
Ricketsiae
Gejala
udang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah, udang berwarna lebih gelap,
tak ada nafsu makan, pada beberapa udang
terlihat benjolan-benjolan kecil keputih-putihan pada dinding usus bagian tengah (mid gut)
adanya koloni riketsia, peradangan dan pembengkakanjaringan ikat, kematian udang mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9
setelah penebaran benih (post larva hari ke-15-25). Angka kematian naik pada hari ke-5 sampai 7, sejak mulai terjadi kematian, kemudian menurun
sampai tak ada kematian. Tiga hari kemudian kematian timbul lagi, begitu seterusnya sampai udang dipanen.
Pengendalian :
menggunakan antibiotik (oksitetrasiklin, sulfasoxasol, dan nitrofurazon) dicampur makanan dapat mengurangi angka kematian,
tetapi bila konsentrasi antibiotik menurun,
kematian akan timbul lagi.
Penyakit asal Bakteri
Bakteri nekrosis
Penyebab
bakteri dari genus Vibrio; merupakan infeksi sekunder dari
infeksi pertama yang disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau lainnya.
Gejala
muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan) di beberapa
tempat (multilokal), yaitu pada antena, uropod, pleopod, dan beberapa alat
tambahan lainnya; usus penderita kosong, karena tidak ada nafsu makan.
Pengendalian:
Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya: furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l
Pengeringan, pembersihan dan disinfeksi dalam kolam pembenihan, serta menjaga kebersihan alat-alat yang digunakan;
pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
Bakteri Septikemia
Penyebab
Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp., dan Pseudomonas sp.;
merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yang disebabkan defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stres yang berat.
Gejala
menyerang larva dan post larva terdapat sel-sel bakteri yang
aktif dalam haemolymph (sistem darah udang).
Pengendalian:
pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan, misalnya furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60-250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l
pemeliharaan kualias air dan sanitasi yang baik.
Tabel produktivitas:
№
| ||
1)
|
Biaya tak terduga 10%
|
Rp.
|
2)
|
Jumlah biaya produksi
|
Rp.
|
3)
|
Pendapatan 2 musim/th:........kg @ Rp.........
|
Rp.
|
4)
|
Keuntungan per musim (3bulan)
|
Rp.
|
5)
|
Keuntungan per tahun/2 musim
|
Rp.
|
Selamat bekerja dan sukses selalu, Salam budidaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar