Keberhasilan dalam budidaya udang sangat tergantung
pada 5 faktor yaitu :
1. Daya dukung tambak dan lingkungannya
2. Kualitas benur yang ditebar
3. Manajemen dasar tambak dan kualitas air
4. Kualitas pakan dan manajemen pakan
5. Manajemen kesehatan udang dan pengendalian hama penyakit
• Penyebab kegagalan di tambak secara umum disebabkan oleh:
– Serangan penyakit
– Penurunan kualitas lingkungan
– Kualitas benur
– Manajemen budidaya yang tidak tepat
Penyakit Non-patogen
Disebabkan oleh faktor lingkungan
1. Suhu, (cuaca), plankton dan kualitas air lainnya (pH, zat beracun, kelarutan gas)
2. Keracunan oleh biotoxin dari plankton (Bluegreen algae dan atau dinoflagellata).
Disebabkan oleh nutrisi
1. Kekurangan nutrisi (vitamin, mineral, as lemak tak jenuh, dll)
2. Gejala keracunan pakan.
• Insang hitam
(black gill disease)
Penyebab :
– Kotoran, bahan organik (lumpur) yang melekat pada insang.
– Dasar tambak kotor, setting aerator tidak tepat.
– Kualit air yang tidak stabil (sering terjadi kematian plankton)
Penanganan :
– Ganti air secukupnya
– Berikan probiotik
– Perbaiki setting kincir
– Kurangi pakan
• Red disease
Udang berwarna kemerahan, kaki dan ekor kemerahan, insang kemerahan.
Penyebab :
– Kualitas air yang kurang baik (DO rendah, NH3, NO2-, Fe), bahan organik terlalu tinggi,
– Kualitas pakan kurang baik (terlalu lama, berjamur)
Penanganan :
– Berikan pakan berkualitas baik (baru)
– Perbaiki kualitas air
• Kram (cramped tail disease)
Udang kram saat anco diangkat atau udang dijala, udang mudah stress
Penyebab :
– Goncangan suhu / salinitas tinggi
– Perbedaan suhu (kualitas air antara dasar dan permukaan tinggi)
– Kekurangan mineral tertentu.
Penanganan :
– Operasikan kincir siang dan malam hari
– Berikan vitamin (terutama vit C dan B)
– Berikan mineral melalui pakan.
• Bercak hitam pada kulit
Ada bercak hitam pada permukaan kulit, bekas luka
Penyebab :
– Udang sering lompat (tumburan) karena terlalu padat, kualitas air kurang baik, suspensi tanah
– Infeksi bakteri.
Penanganan :
– Perbaiki kualitas air
– Hidupkan kincir siang-malam
– Kurangi kepadatan
– Lapisi tambak dengan plastik/HDPE, atau disemen
• Toksin
kotoran udang berwarna putih dan mengapung dalam air
Sumber pencemaran dari lingkungan : pestisida, herbisida, insektisida, logam berat,
Dari pakan : aflatoksin (dari pakan rusak atau kedaluwarsa)
Biotoxin : dari algae (blue green algae dan dinoflagellata).
• Udang pucat (putih keruh),
kebiruan
Udang putih polos, pucat atau kebiruan
Penyebab :
– Suspensi tanah tinggi
– Kurang oksigen
Penanganan :
– Lapisi tambak dengan semen atau plastik HDPE atau pasir
– Kurangi padat penebaran.
• Penyakit patogen
Bersifat parasit dan terdiri atas 4 kelompok :
• Penyakit viral
• Penyakit bakterial
• Penyakit jamur
• Penyakit parasitik
Karakteristik penyakit infeksi pada udang/ikan
– Udang/ikan merupakan hewan air yang selalu bersentuhan dengan lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air.
– Pada budidaya udang/ikan, air tidak hanya sebagai tempat hidup ikan tetapi juga sebagai perantara bagi patogen.
• IHHNV
Virus menyebabkan pertumbuhan terhambat, sehingga terjadi perbedaan ukuran yang nyata dalam satu populasi Serangan bisa mencapai > 30% populasi). Multi infeksi dengan virus jenis lain. Banyak terjadi pada tambak yang menggunakan benur non SPF (induk lokal) Inang: Penaeus stylirostris, P. vannamei,P. occidentalis, P. californiensis, P. monodon, P. semisulcatus, and P. japonicus.
• Histopatologis udang yang terinfeksi IHHNV
• TSV (Taura Syndrome Virus)
Penyebab : virus taura (TSV) Inang : P.monodon, Fa.aztecus, Fa.duoderum, Fe.merguiensis, L.setiferus,L.stylirostris, L.vannamei Merupakan penyakit import (dari negara asal udang vaname) Ujung ekor berwarna merah (warna ganda), disertai dengan adanya bercak hitam pada kulit, kulit lembek (lunak/keropos) Disertai kematian secara bertahap.
• Perlakuan Bila sudah terdeteksi TSV
Umumnya penyakit viral tidak ada obatnya
Hanya bisa dicegah/diperlakukan dengan cara :
– Hindari stress,
– Jangan lakukan ganti air (sirkulasi/pergantian air secara drastis.),
– Gunakan probiotik untuk memperbaiki kualitas air.
– Kurangi pakan hingga 50%,
– Berikan mineral, dolomite / kaptan, untuk mempercepat pengerasan kulit,
– Berikan vitamin dan imunostimulan.
– Udang dalam proses penyembuhan akan tampak bercak hitam, dan akan hilang setelah beberapa kali moulting.
– Bila sembuh bersifat carrier. (usaha pribadi).
• WSSV (White Spots Syndrome Virus)
Organ sasaran: midgut, jaringan ectodermal Inang : Crustacea secara umum (bangsa udang dan kepiting).
Tanda-tanda klinis :
• Diawali dengan nafsu makan yang tinggi selanjutnya tidak mau makan.
• Terdapat udang yang minggir ke pematang
• Ada kematian di dasar, dalam waktu 3 - 7 hari udang habis
• Terdapat bintik-bintik putih di carapace. (pada tutup kepala terlihat bila di kupas).
Penanganan! di panen.
Hati-hati /waspada
• Histologi organ HP yang terserang MBV
• YHD (Yellow Head Disease)
Penyebab : Virus Yellow Head (YHV) Inang definitif: P. monodon; Palaemon styliferus dan Acetes (kerier); P. merguiensis dan Metapenaeus ensis, P. vannamei, P. setiferus, P. aztecus, , dan P. duodarum(experimental) Organ sasaran: lymphoid organ, hemolimph Tanda-tanda klinis : Bagian kepala berwarna kuning, hepatopancreas kuning, usus kosong / tidak makan dan disertai kematian masal. Dalam 3 hari kematian mencapai 50%.
• Histopatologis infeksi YHV
• Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)
Ditemukan di Brazil 2002
Gejala klinis:
– daging berwarna putih opaque
– bagian ekor disertai warna kemerahan à udang rebus
• Kematian akut 40-60%
• Wabah terjadi:
– stress fisik (panen)
– stress lingkungan (suhu, salinitas)
• Diagnosa: gejala klinis, histologi & RT-PCR
• Nekrosis Otot / Myo (IMNV)
• Penyebaran penyakit di Indonesia:
• Terdeteksi di Indonesia akhir Mei 2006
• Penyakit menyerang pada udang besar berumur 60 – 80 hari
• Kematian awal 7 – 15 ekor / hari
• Kepadatan tebar 130-170 ekor/m2
• Semua sampel tambak yang diambil tanpa tandon
• Sebagian besar tambak yang diambil sampelnya panen awal yaitu pada sekitar 90 hari dengan produksi 5,5 – 6,5 ton/petak dengan size 80 – 86
• Pencegahan / Penanganan Kasus Mio
• Yang harus diperhatikan :
– Biasanya nafsu makan tetap tinggi, ada kematian secara bertahap. Pakan di anco selalu habis. Tetapi lama-lama cenderung turun/lambat karena ada pengurangan populasi.
• Penanganan :
– Bangkai udang harus diambil / dibersihkan tiap hari dari dalam tambak. Bangkai dikubur atau dibakar.
– Turunkan pakan hingga 30 – 40% dari keadaan normal hingga kematian tidak ada (sedikit).
– Berikan vitamin C dan imunostimulan secara terus menerus hingga kondisi udang normal (tidak ada kematian)
– Kembalikan konsumsi pakan setelah kematian berhenti.
– Jaga / perbaiki kualitas air, hindari pergantian air secara drastis.
· Dari dua kasus budidaya vanname menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan untuk dilakukan oleh masyarakat secara sederhana sebagai solusi dari terpuruknya budidaya udang vanname akibat serangan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.
· Iklim.
· a. Musim hujan (bln/tahun) Desember - Juni
· b. Musim Kemarau (bln/tahun) Juli - November
· Salinitas menjadi faktor pembatas dalam pemeliharaan udang secara sederhana pada musim kemarau yang mengandalkan penggantian air dengan memanfaatkan pasang tertinggi, sehingga berdampak pada tingginya salinitas air pemeliharaan. Sistem tradisional yang digunakan membuat sistem pergantian air yang tidak rutin, dengan demikian meningkatnya suhu air membuat kadar garam di tambak meningkat, dan berdampak pada tingginya salinitas air. Untuk parameter yang lainnya masih dalam kisaran yang dapat ditolelir untuk pertumbuhan udang.
Air setiap bulan masih bisa dilakukan pergantian air, dimana perlakuan tersebut akan membantu mengurangi jumlah bakteri. Ini dibuktikan dengan tingkat kelangsungan hidup yang masih tinggi 90% dan 60%.